Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Tanpa Judul

Bagaimana kabarmu, Tuan? Kabarku buruk -jika saja kau bertanya. Ternyata begini rasanya. Terlambat. Terlambat mendengar degup jantung yang kian cepat saat kita berbincang di tepi danau kala itu. Terlambat mengetahui, betapa pipiku merona Pun manik mataku berbinar tiap Tatapan kita bertemu. Sungguh, keterlambatan itu menyiksa. Betapa aku terlambat menyadari, Gegap gempita kebahagiaan yang senantiasa menyeruak Pada tiap kata-katamu yang hinggap di telingaku. Esok hari, saat perahu yang kau naiki merapat di dermaga tempat kita biasa bertemu Aku akan ada di sana, menyambutmu Yang datang dengan kekasihmu. Ya, begitulah nasibku. Menjadi korban atas semua keterlambatanku. 21.24 220718

Rapuh

Gambar
Sebab tak lagi utuh Kemudian runtuh Kudapati degupnya Tapi tidak dengan iramanya Demi separuh bagiannya Kau renggut dengan acuh Duhai, hatiku ini Sudah rapuh

Akhir Kisah Penantian 40 Tahun

“Sesungguhnya apa yang kau inginkan? Belasan lamaran yang datang semuanya kau tolak. Bukankah kau tau bahwa menolak lamaran dari seorang sholih akan menimbulkan fitnah yang lebih besar bagimu. Kau tahu itu tapi kau tetap bersikukuh?” Najmuddin yang menghentikan bacaan Qurannya pun terheran-heran. Seorang syeikh yang selama ini ia kenal sebagai sosok penyabar bisa membentak lawan bicaranya seperti yang baru saja ia dengar. “Ada apa gerangan?” Batin Najmuddin. Ia ingin bertanya kepada sang Syeikh namun urung. Demi mendengarjawaban seorang wanita dibalik tabir. “Maafkan aku ayah. Aku hanya sedang menunggu. Menunggu seorang pria yang ingin menggandeng tanganku ke surga. Yang menginginkan lahir seorang putra dari rahimku yang kelak akan menaklukkan Palestina.” Sahut seorang perempuan yang ternyata anak dari gurunya. Mendengar jawaban dari wanita tersebut, tersentak hati Najmuddin. Dengan hati berdebar, Ia beranjak menghampiri gurunya. “ Yaa Syeikh, Demi Allah, dengan izinm...

Naif

Pada sebuah rasa Yang tetiba menyeruak kembali, seketika aku sesak Pada rasa yang berujung tanya (?) Sempat terhenti pada koma(,) Demi nafas yang mengambil jeda Tapi kabarmu hadirkan rasa Yang tak kutau harus bagaimana Agaknya hatiku mulai panik               Dengan semua memori serupa manik-manik Riuh rendah pendarnya berbisik Bahkan sebelum aku menanam titik (.) 150318

Angkuh

Ialah masa Yang acuh pada luka Pun abai pada bahgia 03/ 11

Kisah Penantian 40 Tahun

Bismillahirrohmanirrohim. Di ujung pekan yang seharusnya saya gunakan untuk merampungkan penyususnan soal UTS, saya malah terngiang kisah cinta Najmuddin. Sebuah kisah yang hendak saya bagi sejak minggu lalu. Yang selalu saya tunda-tunda tiap hendak menuangkannya dalam tulisan. Betapa, kebiasaan yang buruk. Jadi, selamat menyimak cerita malam minggu ini! J Kisah Penantian 40 tahun Namanya Najmuddin. Seorang panglima perang pembela Islam yang berjaya di Irak. Sosoknya yang tampan  dan gagah membuatnya menjadi idaman para wanita. Selain ketampanannya, keshalihan dan prinsip hidupnya yang mulia semakin membuatnya menjadi idola. Ia biasa ditemui dalam kajian-kajian keislaman di saat Ia tak pergi berperang. Duhai, kepribadiannya sungguh memesona. Namun sayang, seorang Najmuddin tak kunjung menikah hingga usianya menginjak 40 tahun. Pada suatu kesempatan, bertanyalah salah seorang gurunya. “Wahai Panglima! Ada puluhan lamaran yang datang kepadamu. Dari ulama-ulama shol...

Intip Serunya Pertemuan Pertama!

Gambar
Sekolah Pra Nikah Pertemuan 1 Bimbingan: Ust. Nur Asyur Dok. Panitia Sekolah Pra Nikah Yeay! Waiting is over. Akhirnya bisa menunaikan rasa penasaran saya tentang apa yang akan diajarkan di SPN ini. Pada postingan sebelumnya saya sudah menjelaskan seputar apa itu SPN. Intinya, kegiatan ini bukan ajang cari jodoh loh yaa, bukan hehe. Bukan juga ajang taaruf berjamaah wkwk. Beberapa teman saya mengira seperti itu saat saya share info mengenai SPN di beberapa media sosial saya. Banyak juga yang bertanya dan bahkan ingin ikut mendaftar. Untuk itulah saya berniat membagi beberapa hal yang saya dapat dari tiap pertemuan di SPN ini. So, here we go! Pada pertemuan pertama ini pokok bahasannya adalah motivasi menikah. Dan dari penjelasan ustad ada dua hal pokok yang setidaknya saya tangkap. Pertama , kami semua ketika itu ditanya apa tujuan kami mengikuti SPN. Beberapa dari kami menjawab ‘ untuk memantaskan diri ustad’ ada juga yang iseng menjawab ‘ untuk cari jodoh ...

Berkenalan Dengan SPN

Assalamualaikum pembaca! Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi dan mendapat pekerjaan, bagi perempuan seusia saya kebanyakan akan dirundung pertanyaan seputar pernikahan. Ada saja kesempatan di sela-sela percakapan yang muncul seperti “...terus kapan nikahnya?” , “...habis ini nikah dong yaa” , atau setidaknya “udah ada calon belum?” . Pertanyaan-pertanyaan seperti ini biasa saya jawab dengan datar-datar saja. Saya jelaskan bahwa saya belum ingin menikah, ingin itu dulu, ingin ini dulu dan lain-lain. Dan jujur itu bukan sekerdar alasan, tapi begitulah adanya. Sampai suatu ketika saya dipertemukan kembali dengan salah satu kawan lama saya. Dia seorang teman baik yang saya kenal di pesantren. Setelah belajar di pesantren saya sempat lost contact dengannya. Dan baru bertemu lagi setelah saya kuliah. Kabarnya baik, sangat baik malah. Kini dia telah menikah dan memiliki seorang buah hati yang menggemaskan. Dipertemuan itu saya banyak bertanya soal pernikahnnya. Kebiasaan kepo ya...

Yang Membuat Gila

Tuan, di luar sana orang ramai bicara cinta Soal bagaimana menunggu, juga tentang menyulam rindu Sedang aku di sini ingin bertanya Perihal yang dikata bisa membuat gila Yaa cinta itu Bolehkah kunamai cinta saat pertemuan tak temu percakapan tak bahasa juga seulas senyum yang tak jua terulum /tapi aku mencintaimu/ /pun sangat merindukanmu/ Lalu cinta kah ia ketika nama tak abjad rupa tak wujud juga hadir yang tiada /tapi aku mencintaimu/ /pun mendoakanmu selalu/ ?

Bocah!

Gambar
Aku enggan menjadi dewasa Buat apa?/ Menghadapi masalah yang datang berbondong-bondong Menjawab ribuan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya satu: entah.// Aku enggan menjadi tua Buat apa?/ Menyaksikan anak cucuku berulah Sedang aku tak kuasa merubah.// Tapi aku hidup Tumbuh dewasa dan menua Kelak kan kujalani semua Dengan hati penuh harap; / Bahwa semua tak sia-sia Tiap masalah dan pertanyaan Semua ulah dan perbuatan Dengan itulah aku dewasa, lalu menua.

Menilik Manisnya Nikmat Iman dan Islam

"... Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Sehingga kita bisa merasakan manisnya nikmat iman dan Islam..." Assalamualaikum, Blogger! Falimiar bukan dengan kata-kata yang saya jadikan tagline di atas. Biasanya kata-kata itu  sering saya dengar di awal pidato, ceramah, atau yang lainnya sebagai muqaddimah setelah ucapan hamdalah. Jauh sebelum ini saya sendiri acuh dari kalimat ‘manisnya nikmat iman dan Islam’ meski sudah hafal di luar kepala dan sering menggukanannya sebagai pembukaan di beberapa kesempatan. Tidak inovativ memang, yang dipakai cenderung itu-itu saja hehe. Kalimat itu saya ucapkan begitu saja tanpa merasakan atau bahkan memaknai maksud di balik ungkapan itu. Qadarullah, sekarang saya ditempatkan di lingkungan yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya saya tumbuh di lingkungan yang erat dengan nuansa Islam dan kondisi yang mendukung...

Sajak Pengantin

Gambar
Aku bertemu seorang pengantin Sedang memaut wajahnya di depan cermin Duhai, senyumnya terus terukir Demi kesendirian yang tersingkir Ia hanya diam sambil terus menatap kaca Mungkin lidahnya kelu untuk sekedar bercerita Tentang seberapa bahagianya ia hari itu Tapi lihatlah binar matanya itu Memancarkan bahagia Menyuarakan suka cita

Stand as You, Stand as Yourself!

Gambar
"Laisal fata man yaquulu hadza abi. Lakinna fata man yaquulu ha ana dza." Assalamualaikum,  reading lovers! Apa kabar cita-cita? Bagaimana pula kabar mimpi dan harapan? Semoga setiap pinta yang dibungkus doa serta diselimuti usaha, segera Allah jadikan nyata. Amin. Ada yang sepakat dengan Tagline saya di atas? Seorang pemuda bukanlah siapa yang mengatakan "ini ayahku". Tapi seorang pemuda adalah siapa yang berkata "inilah aku". Intinya soal menjadi diri sendiri atau mandiri dalam artian yang sesungguhnya. Jadi begini, mandiri berkaitan erat dengan kedewasaan seseorang. Nah, kapan seseorang dikatakan dewasa? Saya sedang tidak ingin membicarakan berbagai teori terkait hal itu. Tapi mari kita renungkan sejenak,  kapan dan bagaimana kita tumbuh menjadi dewasa dari seorang remaja? Bagi saya sendiri, menjadi dewasa adalah ketika saya tau apa yang benar-benar saya inginkan. Tau apa sebenarnya passion saya dalam hidup. Termasuk dalam memilih pekerjaan, ...