Menilik Manisnya Nikmat Iman dan Islam
"...Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Sehingga kita bisa merasakan manisnya nikmat iman dan Islam..."
Assalamualaikum, Blogger!
Falimiar bukan dengan kata-kata yang saya jadikan tagline di atas. Biasanya kata-kata itu sering saya dengar di awal pidato, ceramah, atau yang lainnya sebagai muqaddimah setelah ucapan hamdalah. Jauh sebelum ini saya sendiri acuh dari kalimat ‘manisnya nikmat iman dan Islam’ meski sudah hafal di luar kepala dan sering menggukanannya sebagai pembukaan di beberapa kesempatan. Tidak inovativ memang, yang dipakai cenderung itu-itu saja hehe. Kalimat itu saya ucapkan begitu saja tanpa merasakan atau bahkan memaknai maksud di balik ungkapan itu.
Qadarullah, sekarang saya ditempatkan di lingkungan yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya saya tumbuh di lingkungan yang erat dengan nuansa Islam dan kondisi yang mendukung selalu memperbaiki kualitas iman. Guru-guru yang ‘alim, juga kawan-kawan yang tawasau bil haq tawasau bish shabr. Kini saya banyak bergaul dengan guru dan kawan yang beragam. Baik dari latar belakang agama, budaya, hingga ras dan bahasa. Menjadi salah satu pengajar di sekolah swasta non Islam mempertemukan saya dengan sepaket perbedaan itu.
Setiap hari saya menjumpai teman-teman beda agama, beda keyakinan. Saya melihat bagaimana nikmat yang telah Allah berikan sedari lahir yakni dilahirkan di keluarga Islam, jauh setelah saya bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Saya tidak sanggup membayangkan bagaimana jadinya jika saya tidak diselimuti Islam. Menjadi seseorang yang berjalan di atas cahaya kegelapan, menjauhkan saya dari kebenaran yang hakiki yakni iman dan islam itu sendiri. Naudzubillahi mindzalik.
Tidak hanya itu, saya semakin tertunduk mensyukuri kenyataan bahwa kedua orang tua saya membesarkan saya dengan nilai-nilai iman dan Islam. Setidaknya dengan mengarahkan saya pada jenjang pendidikan Islami. Hal ini saya dapati saat menghadapi siswa-siswa tingkat SMA yang masih belum bisa membaca Alqur’an, masih belum bisa menunaikan sholat dengan baik, masih belum mengenal agamanya sendiri dengan baik. Sungguh, saya tidak merasa lebih taqwa dibanding mereka. Saya hanya mensyukuri kemudahan-kemudahan ber-Islam dan beriman yang Allah berikan. Alhamdulillah.
Pada titik inilah saya menyadari bagaimana manisnya nikmat iman dan Islam. Semoga Allah mudahkan saya, murid-murid SMA ini, dan kita semua untuk selalu melangkah pada poros kebenaran yang hakiki. Amin Amin ya Rabbal Alamin.
Wassalam.
#selfreminder
Mantap memang bu guru satu ini...
BalasHapus