Kisah Penantian 40 Tahun

Bismillahirrohmanirrohim.

Di ujung pekan yang seharusnya saya gunakan untuk merampungkan penyususnan soal UTS, saya malah terngiang kisah cinta Najmuddin. Sebuah kisah yang hendak saya bagi sejak minggu lalu. Yang selalu saya tunda-tunda tiap hendak menuangkannya dalam tulisan. Betapa, kebiasaan yang buruk. Jadi, selamat menyimak cerita malam minggu ini! J


Kisah Penantian 40 tahun

Namanya Najmuddin. Seorang panglima perang pembela Islam yang berjaya di Irak. Sosoknya yang tampan  dan gagah membuatnya menjadi idaman para wanita. Selain ketampanannya, keshalihan dan prinsip hidupnya yang mulia semakin membuatnya menjadi idola. Ia biasa ditemui dalam kajian-kajian keislaman di saat Ia tak pergi berperang. Duhai, kepribadiannya sungguh memesona. Namun sayang, seorang Najmuddin tak kunjung menikah hingga usianya menginjak 40 tahun. Pada suatu kesempatan, bertanyalah salah seorang gurunya.

“Wahai Panglima! Ada puluhan lamaran yang datang kepadamu. Dari ulama-ulama sholih yang ingin anaknya menikah denganmu. Yang ingin engkau menjadi bagian dari keluarganya. Tapi mengapa tak satupun lamaran itu kau terima? ”

“Karena aku sedang menunggu.” Jawab Najmuddin tersenyum. Wajahnya damai. Tak tampak sedikitpun rasa gelisah dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kapan ia menikah.

“Duhai, apalagi yang kau tunggu? Dari sekian banyaknya lamaran yang datang padamu, kau hanya tinggal memilih wanita mana yang kau sukai.” Timpal gurunya heran.

“Wahai guruku, aku sedang menanti. Menanti seorang wanita yang mau ku gandeng tangannya ke surga. Yang kelak akan lahir dari rahimnya, seorang kesatria yang akan menaklukkan Palestina.” Tuturnya dengan nada tegas, jelas, dan penuh keyakinan.

Mendengar  jawaban muridnya itu, sang guru hanya bisa berdoa. Mengaminkan setiap keinginan muridnya yang mulia. Najmuddin pun melanjutkan hidupnya. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan jalannya. Hingga pada suatu sore, usai Najmuddin menghadiri kajian pada suatu masjid. Ia lantas mengambil mushaf dan duduk di salah satu sudut masjid. Di tengah-tengah bacaan Qurannya Ia mendengar suara gurunya berbincang dengan seseorang dengan nada marah.

'Ada apa gerangan?' Batin Najmuddin. 
Bersambung.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menunggu tulisan selanjutnya mb Fay, Kisah Najmuddinnya 😄😄

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngobrolin Hidup #1

(Menjadi) Orang Tua Idola

Sesuatu dari Masa Lalu