Intip Serunya Pertemuan Pertama!
Sekolah Pra
Nikah
Pertemuan 1
Bimbingan: Ust.
Nur Asyur
Dok. Panitia Sekolah Pra Nikah
Yeay! Waiting is
over.
Akhirnya bisa menunaikan rasa penasaran saya tentang apa yang akan diajarkan di
SPN ini. Pada postingan sebelumnya saya sudah menjelaskan seputar apa itu SPN.
Intinya, kegiatan ini bukan ajang cari jodoh loh yaa, bukan hehe. Bukan juga ajang
taaruf berjamaah wkwk. Beberapa teman saya mengira seperti itu saat saya share info mengenai SPN di beberapa
media sosial saya. Banyak juga yang bertanya dan bahkan ingin ikut mendaftar.
Untuk itulah saya berniat membagi beberapa hal yang saya dapat dari tiap
pertemuan di SPN ini. So, here we go!
Pada
pertemuan pertama ini pokok bahasannya adalah motivasi menikah. Dan dari
penjelasan ustad ada dua hal pokok yang setidaknya saya tangkap.
Pertama, kami semua
ketika itu ditanya apa tujuan kami mengikuti SPN. Beberapa dari kami menjawab ‘untuk memantaskan diri ustad’ ada juga
yang iseng menjawab ‘untuk cari jodoh
ustad’ jawaban yang disusul gelak tawa semua peserta. Ketika ustad
menghampiri saya dan bertanya, saya jawab
‘Untuk menyiapkan
pernikahan ustad’
‘Wah menyiapkan?
Siaaaap graak! Gitu ya?’ jawab ustad dengan menirukan gaya
pemimpin upacara. Sontak peserta lainnya tertawa.
Setelah
sedikit intermezo itu, ustad menjelaskan banyak hal. Salah satunya yakni kisah
Idris, seorang lelaki sholeh yang amat takut dengan dosa kecil dan saat ia
ingin menebus dosa itu malah dipertemukan dengan istri sholihahnya. Yang dari
pasangan ini kemudia lahir seorang imam besar dalam Islam yakni Imam Syafii rahimahumullah.
Dari
kisa ini, kami digiring untuk meluruskan persepsi yang semula bertebaran di
kalangan remaja jaman now “Menjadi
baik demi mendapatkan yang baik”. Ada hal yang perlu diperbaiki dengan statement tersebut. Kalau yang dimaksud
menjadi baik atau memantaskan diri semata-mata untuk mendapatkan ia yang juga baik maka niat itu kurang
tepat. Pertama-tama yang perlu dibenahi adalah diri kita. Hubungan kita kepada
Allah. Bukankah semua hal terjadi atas kehendak Allah? Termasuk juga jodoh.
Maka yang perlu dilakukan adalah berbaik pada Allah. Tuluskan hati, luruskan niat untuk menjadi pantas di hadapan Allah.
Agar pantas menerima nikmatnya yang baik. Dan jika dengan menjadi baik
dihadapan-Nya, lalu Allah pertemukan kita dengan yang baik maka itu adalah
wewenang Allah. Ingat, bukan karena kita baik maka kita mendapatkan yang baik. Tapi, karena Allah melihat kita pantas mendapatkan yang baik itu.
Kedua, kami ditanya
‘apa alasan kalian menikah’. Mari simak percakapan kami dengan ustad.
“Biar nggak dosa
ustad”
jawab salah satu dari kami.
“Emang kalo udah nikah nggak mungkin berbuat
dosa? Menikah lantas kita jadi suci begitu?” timpal ustad dengan nada
bergurau dan diikuti peserta lain yang ber-haha hehe ria.
“Biar bahagia ustad” jawab saya polos.
“Wah, ini nih yang fatal” jawab ustad. “Baik, yang lain apa alasan kalian ingin
menikah?”
“Agar sakinah ustad” jawab salah satu
diantara kami.
“Wah, ini tipe istri yang nggak mau punya
anak ini. Karena nanti kalau punya anak tidak akan tenang. Malah keriwehan ada
dimana-mana” tukas sang ustad masih dengan nada bergurau.
Ekspektasi-ekspektasi semacam inilah yang kelak
membuat kita kecewa dalam
pernikahan. Karena dalam pernikahan, permasahalan akan muncul silih berganti
dan menjadi suatu keniscayaan. Perbedaan pendapat, perbedaan prinsip dan lain
sebagainya akan mewarnai kehidupan berumah tangga. Jadi menikah bukan untuk bahagia, tenang, atau
sejuta harapan-harapan indah yang kita bayangkan sebelumnya. Lalu apa yang kita cari dalam pernikahan?
Kami pun diingatkan pada doa mempelai. Atau doa yang
biasa kita abaca ssaat menghadiri pernikahan, dan bahkan didendangkan disaat
resepsi. Kami diminta memperhatikan lafadz demi lafadz dalam doa tersebut.
بارك الله لك و بارك عليك و جمع بينكما في خير
“Semoga Allah memberkahimu
dan semoga Allah memberikan berkah ke atas mu, dan semoga Allah menyatukan
kalian dalam kebaikan”
Pada doa tersebut terdapat pengulangan kalimat. Keduaanya
mendoakan untuk keberkahan. Dan makna berkah itu sendiri adalah bertambahnya
kebaikan atas sesuatu. Bedanya adalah, kalimat pertama menggunakan lafadz laka dan yang kedua menggunakan alaika. Dari perbedaan lafadz dalam
bahasa Arab inipun memiliki maksud tersendiri yakni yang pertama atau laka
mengandung makna kebahagiaan
sedangkan alaika memiliki makna duka atau penderitaan. Maka
sejatinya, makna lengkap dari doa mempelai di atas ialah “Semoga Allah memberkahimu di masa
bahagiamu dan semoga Allah memberkahimu di masa duka deritamu”.
Doa yang diajarkan oleh Rasul ini hakikatnya karena
Rasul saw mengetahui bahwa kelak setelah pernikahan akan banyak dijumpai
masalah atau penderitaan. Akan tetapi, dengan berkah dari Allah swt niscaya
segala halang rintang itu akan membawa kebaikan dan menambah kebahagiaan itu
sendiri. Yang disayangkan adalah dogma dari para undangan yang selalu berucap “Semoga bahagia ya” saat sesi ‘salam-salaman’
dengan mempelai. Dan inilah yang nanti masuk ke alam bawah sadar mempelai bahwa
menikah akan membuat bahagia. Maka akan fatal jadinya jika suatu hari ia
menjumpai ‘ketidakbahagiaan’ dalam kehidupan pernikahannya. Jadi, yang kita harapkan dari
pernikahan tidak lain adalah keberkaahan
itu sendiri. Agar baik dan penuh kebaikan. Baik dalm suka maupun duka. Demikianlah dua hal pokok yang ustad
ajarkan dalam pertemuan pertama kemarin.
Suka ❤ | Terima Kasih atas ilmu yang dibagikan kak Fay 🙏 *ditunggu postingan lainnya lagi yaa 😉
BalasHapusHuehehhe saling berbagi ya kak Nida yaaa★
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusHahaha udh pra nikah ajaa nih bu guru... Semoga dilancarkan sampai akad 😂
BalasHapusHahaha iya pak. Soalnya saya ngga dapet materi munakahat e. Boleh share ilmunya laah bpk yth imm Aad wkwk~
HapusMasya allah. ...keren tulisannya
BalasHapusAlhamdulillah. Terimakasih sudah mampir😃
HapusDitunggu lanjutannya 😁
BalasHapusInsyaAllaaah.
Hapus