Rengganis
Kisah Misteri ‘Ayu’ di balik Gunung Ayu
Judul buku : Rengganis
–Altitude 3088-
Penulis : Azzura Dayana
Penerbit : Indiva Media
Kreasi
Harga : 45.000,-
Tebal : 232 Halaman
Rengganis, kali ini Azzura Dayana bercerita tentang
sebuah perjalanan mendakiPegunungan Yang Timur di Baderan. Tim pendakian ini
terdiri dari beberapa sahabat lama yang ingin melepas rindu dan melakukan hobi
mereka bersama yakni hiking. Empat sahabat lama yang terdiri dari
Fathur, Dewo, Nisa, dan Dimas kini hidup terpisah mengikuti jalan takdir
mereka. Fathur dan Dewo di Jakarta, Dimas di Solo, sedangkan Nisa menetap di
Kota Pahlawan Surabaya. Mereka tentu tidak berangkat seorang diri dari daerah
masing-masing. Demi menambah personil dalam tim, Fathur dan Dewo yang tinggal
di Jakarta mengajak serta Rafli –teman Fathur si ahli bidik menggunakan lensa. Dimas
datang dari Solo bersama Ajeng juga Acil yang telah hafal dengan baik seluk
beluk pegunungan ini sehingga ia didaulat menjadi petunjuk arah atau guide.
Nisa mengundang Sonia –gadis imut berambut ikal dan satu-satunya perempuan tak
berhijab dari 2 perempuan lainnya.
Perjalanan mendaki tiga puncak –puncakArgopuro, puncak
Rengganis, dan puncak Arca-yang membuat mata tak sempat berkedip kali ini
merangkap dengan menapak tilas jejak peninggalan kerajaan Brawijaya. Rengganis,
nama seorang dewi yang konon merupakan salah satu putri dari selir raja kala
itu. Menurut legenda yang beredar di masyarakat, Dewi Rengganis memiliki istana
megah di puncak gunung ini. Maka dengan pendakian ini, mereka juga mengunjungi
situs peninggalan kerajaan sang Dewi yang tersohor kecantikannya itu. Selain
itu, di sana mereka juga menemui dua makam kuno, arca, dan reruntuhan istana
Dewi Rengganis itu sendiri. Tak kalah dengan masa Brawijaya, Belanda yang sempat
menjajah Indonesia ini juga menginjakkan kaki di sana. Bahkan berencana
membangun sebuah landasan pacu di atas gunung yang untungnya tidak sempat terselesaikan
karena Indonesia sudah beralih di bawah pimpinan Jepang terlebih dahulu.
Pendakian berjalan lancar sampai salah satu dari mereka
menarik perhatian mereka yang tak mereka rasakan kehadirannya. Kejadian demi
kejadian aneh mulai bermunculan. Sampai berujung pada menghilangnya salah satu
personil tim mereka. Pegunungan ini memang terkenal dengan mistis dan
mitos-mitos yang mendarah daging. Maka tak heran ketika setibanya mereka di
puncak, mereka mendapati sesajen tergeletak di bawah pepohonan. Mereka juga
pernah mendengar cerita dari pendaki lain dan warga bahwa jika ‘beruntung’ para
pendaki akan memiliki kesempatan menemui Sang Dewi –katanya. Yang tak
terpikirkan leh mereka adalah bahwa salah satu dari mereka juga akan megalaminya.
Namun jika dipertimbangkan lagi, semua yang mereka alami di sana setimpal
dengan keindahan yang mereka saksiakan pada setiap langkah kaki menjejak.
Demikianlah, kisah mistis ayu di balik pegunungan ayu
ini.
Dalam cerita yang tertuang dalam novel ini akan banyak
kita jumpai legenda-legenda seputar pegunungan Yang Timur ini. Maka cover dan
desain ilustrasi yang hanya berupa sketsa ini sangat mendukung kesan epos
cerita di dalamnya. Dibandingkan dengan buku karya Azzura sebelumnya dengan
judul Tahta Mahameru, desain cover dan sedikit ilustrasi memang berbeda. Karena
pada novel Tahta Mahameru yang ditampilkan adalah nilai-nilai kehidupan dalam
kisah pendakian dan petualangan, maka cover dan ilustrasinya berupa foto ata
gambar nyata, bukan sketsa sebagimana yang tergambar apik dalam novel Rengganis
ini.
Sketsa dalam novel
Dengan membaca novel ini, kita serupa membaca catatan
perjalanan yang lengkap dengan tips, keperluan, latar belakang, sampai
penggambaran rute yang akan dilalui. Maka dapat dikatakan bahwa novel ini dapat
dijadikan rujukan jika kita hendak menjajal hiking khususnya pada
pegunungan Yang Timur ini. Sisi inilah yang menonjol dan menjadi pembeda dengan
novel-novel lain.
Buku ini direkomendasikan pada pecinta hiking, para
petualang, juga para penggemar legenda. Pada umumnya, novel ini juga sangat menambah wawasan pengetahuan kita tentang keinahan alam Indonesia,
sekelumit sejarah Indonesia, dan keragaman budaya Indonesia.
Selamat membaca! J
Fy. 111114 -19
Muharram 1436-
Komentar
Posting Komentar