Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Belajar Bersama Gen Z!

Assalamualaikum readers! I wish a happiness for you and for your heart. Amin. Nampaknya istilah 'Gen X, Y, dan Z' sudah tak asing lagi di telinga. Saya sendiri sering mendengarnya lewat tv dan berbagai media sosial yg kerap saya kunjungi. Gen XYZ sendiri merupakan singkatan dari Generasi X, Y, dan Z. Apasih maksudnya? Nah, dari hasil surving saya dapati bahwa yang dimaksud dengan generasi XYZ adalah mereka yg lahir dari tahun 1990-2000. Para ahli memang berbeda-beda pendapat dalam menentuan rentang tahun tiap generasi. Tapi sejauh yang saya baca, perbedaannya cukup dekat. Satu yang pasti jika membahas pengertian generasi X, Y, dan Z adalah mereka yg sejak lahir telah akrab dan dikelilingi oleh kemajuan teknologi. Dikatakan juga bahwa generasi ini jauh lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Setidaknya inilah yang paling mudah dipahami. Untuk info selengkapnya, sila kunjungi Google ya. *hehe Terus apa hubungannya generasi ini dengan kegiatan belajar-mengajar yang dibahas sebelu...

Menemukan Alasan Menjadi Guru

Gambar
Do what you love, and love what you do –Ray Bradbury Saya termasuk orang yang setuju dengan quotes di atas. Quotes yang sering saya dengar di televisi maupun saya baca di buku-buku. Melakukan apa yang kita cintai, dan mencintai apa yang kita lakukan. Kehidupan, cita-cita, dan masa depan hanya sesederhana itu kalau kita simpulkan. Saya yakin, seseorang yang berhasil menjalankan pepatah di atas maka ia akan menjadi orang yang bahagia. Lahir dan batinnya.  Dua posting-an saya sebelumnya sudah menceritakan bagaimana saya sampai di titik ini. Titik dimana saya melangkah sebagai perempuan ‘dewasa’. Tidak lagi ada aturan sekolah yang membimbing setiap langkah. Tidak lagi terdengar petuah-petuah guru atau dosen tentang bagaimana menjalani kehidupan. Di sinilah saya sekarang, berjalan menelusuri ladang kehidupan. Lalu apakah saya mendapati ladang yang tepat? Yang telah saya cintai sebelumnya? Dan apakah saya cinta melangkahkan kaki menapaki jengkal demi jengkal dalam ladang itu? ...

Mencari Alasan Untuk Jadi Guru

Gambar
“ Hidup Sekali Hiduplah Yang Berarti” Semasa saya menempuh pendidikan menengah pertama, saya sangat akrab dengan pepatah atau semboyan di atas. Semboyan yang menjadi visi di tempat saya belajar dan selalu dielu-elukan setiap hari. Tapi ya begitu, kala itu saya hanya seorang santri biasa yang kurang paham hakikat makna dari semboyan kami itu. Dibaca dan berlalu begitu saja. Di tahun ketiga sekolah menengah akhir, saya dipusingkan dengan persoalan ‘ mau kuliah dimana dan ambli jurusan apa’. Di sinilah semua bermula. Saya sedang geruntelan di kasur asrama dengan teman-teman sekamar. Kami sedang membicarakan hal yang serius waktu itu. Lebih tepatnya, teman-teman saya sudah sangat serius memikirkan masa depan sedangkan saya sendiri masih bingung, hehe. Salah satu teman saya –yang paling dewasa pemikirannya- bertanya “ kamu pengennya jadi apasih?” saya hanya menjawab dengan ‘hmm’ dan ‘haha hehe’ panjang. Dengan sabar dan telaten, teman saya menjelaskan. “Coba deh, dipikirin mulai s...

Yuk Jadi Guru!

Gambar
I would like to be known as an intelligent woman, acourageus woman, a loving woman, a woman who teaches by being. –Maya Angelou Assalamualaikum, apa kabar pembaca?  Semoga senantiasa berada dalam rengkuhan kasih-Nya. Amin. Sudah lama bukan saya tidak bercerita? Postingan yang saya post di blog akhir-akhir ini juga sebatas puisi-puisi tak tanpa rumah. Jadi, malam ini saya akan kembali bercerita. Semoga ada sedikit manfaat yang bisa diambil. Beberapa saat lalu salah seorang teman saya bertanya, ‘Gimana sih caranya jadi guru? Ajarin dong!’ . Kala itu kami sedang membahas soal belajar-mengajar. Teman saya itu memang bukan lulusan Fakultas Pendidikan seperti saya. Satu kesempatan membuatnya harus menjadi ‘guru’ dan ia merasa kesulitan, sebab itulah ia bertanya. ‘Materi kuliah 4 tahun mau dijelasin sekarang?’ gurau saya asal. Percakapan kami pun berlalu. Jauh hari, pertanyaan itu muncul kembali di benak saya, mengusik pikiran dan hati saya sendiri. Saya di sini bukan...

Wanita Paruh Baya di Pinggir Kali

Ia duduk seorang diri, mencuci Tumpukan pakaian anak suami Kala itu masih pagi, tapi Peluhnya sudah mengalir di sana sini Ia sudah terjaga sejak dini hari Membersikan rumah lalu pergi Mencari kayu menyalakan bara api Menanak nasi dan meracik kopi Sang suami bangun sarapan kemudian mandi                                              Anak menangis Ia timang seraya disuapi Baginya lelah tiada arti Ia pun pergi ke kali Sambil merapal syukur di tiap derap kaki                                Keesokan terdengar kabar; ia mati.

Tujuh Hari Seminggu

Esok sabtu, aku rindu padamu Lusa minggu, rinduku tak menunggu Hari ini jumat, kangenku menggeliat Kemarin kamis, kangenku masih terlipat. Entah apa yang terjadi Pada senin selasa nanti Sudah kering sabar ini Membumbung rindu setiap hari Nanti saat datang rabu Mungkin hatiku tak lagi ragu Mengambil sebilah pisau Memangkas habis rindu itu Dan memberikannya padamu Atau menanamnya kembali, hingga tahun berlalu. 13/10/17

Martabak Semalam

Dingin kaku, agak layu Dan sedikit bau Mungkin dicicipi hantu/ Macam hatimu itu Yang kau biarkan menunggu/