Soal Ilmu dan Waktu
Soal
Ilmu dan Waktu
Belajarlah,
kelak kau akan tahu mengapa –Fy
Masih
seputar pengalaman PKL saya di Sekolah Indonesia Johor Bahru, kali ini saya
akan bercerita keseruan lain yang tak terlupakan. Selamat membaca dan semoga
bermanfaat. J
Berkesempatan
untuk melaksanakan PKL di SIJB membuat saya belajar banyak hal. Saya rasa, saya
menerima lebih banyak dari apa yang mampu saya berikan. Sebagai seorang
pengajar, terkadang justru sosok murid yang memberikan pelajaran. Bukan
pelajaran eksak tentunya, tapi lebih dari itu. Dan saya berterimaksih kepada
pihak sekolah yang senantiasa melibatkan saya dan teman-teman PKL dalam setiap
kegiatan sekolah. Seperti membimbing kegiatan ekstrakulikuler misalnya.
Di
SIJB semua siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sesuai minat dan
bakat mereka masing-masing. Untuk itu sekolah membuka berbagai macam kegiatan
ekstrakulikuler mulai dari menyanyi, menari, menggambar, handcraft, futsal,
musik, dan silat. Kamipun segera menentukan pembagian ekstrakulikuler untuk
dibimbing. And, here the story begin.
Membimbing
kegiatan ekstrakulikuler sama halnya mengajarkan skill kepada peserta
didik. Maka dari itu, kami memilih ekstrakulikuler yang sesuai dengan skill yang
kita miliki atau setidaknya ketertarikan kita pada ekskul tersebut.
Singkat cerita, semua ekskul sudah terisi kecuali satu; silat. Awalnya
saya acuh karena saya telah memilih ekskul lain; handcraft
bersama Nurul –salah satu tim PKL. Akhirnya saya menimbang-nimbang “Apa aku
di silat aja ya? Kan handicraft udah ada Nurul. Lagian ntar kan ada guru
pembimbingnya, jadi ntar cuma bantu-bantu atau nemenin doang… daripada nggak
ada yang ngisi…” atas dasar pertimbangan itu saya memutuskan untuk
membimbing ekskul silat. Pertanyaannya adalah; apakah saya menguasai silat?!
Absolutely
No! Saya
belum pernah belajar silat. Hanya tahu bahwa silat adalah salah satu jenis bela
diri tradisional di Indonesia, haha. Tapi, saat belajar di Pondok Pesantren Al
Ishlah Bondowoso selama 3 tahun saya diajari Tapak Suci. Jadi setidaknya ada
jenis bela diri serupa yang saya ketahui walau hanya teknik dasarnya saja. Catat;
hanya dasar-dasarnya saja hehe.
Beberapa
hari menjelang jadwal ekskul saya mengetahui kalau ternyata guru pengajar
ekskul silat sedang sakit dan berhalangan hadir selama beberapa pertemuan
mendatang. Jengjeeeng! Serasa terkena jebakan batman. Dengan kenyataan
guru pengajar yang sakit it means saya akan membimbing ekskul silat
sendirian! L
Dengan
berbekal ‘teknik dasar’ tadi saya menjelajahi video tapak suci di internet.
Saya putuskan untuk mengajarkan tapak suci saja yang setidaknya pernah saya
pelajari. Daripada saya paksakan mengajar silat tapi salah kaprah hehe.
Degdegan, itu yang saya rasakan menjelang jadwal ekskul. Imajinasi saya liar
membayangkan bagaimana nanti saya membimbing ekskul ini. Karena walaupun pernah
belajar tapak suci, itu sudah enam tahun silam. “Nggak papa, diajari latihan
yang dasar-dasar aja dulu…” salah seorang teman berusaha menguatkan.
Tiba
di hari H, saya tidak menyangka peminat ekskul silat sebanyak ini. Ada sekitar
25 anak yang terdiri dari murid kelas I sampai kelas IV SD. Mereka cukup
terkejut mendapati saya yang akan membimbing mereka di ekskul ini. “Ibu
ngajar silat ya bu?” tanya Rizwan –siswa kelas III berbadan gembul ketika
kami berjalan bersama menuju halaman belakang sekolah tempat mereka biasa
berlatih silat. “Iya nak…” jawab saya tegar. :D
Setelah
pemanasan, saya memberikan penjelasan terkait guru mereka yang berhalangan
hadir dan mengapa saya di sini. Kedua, saya beri wawasan juga kepada mereka seputar
tapak suci. Alhamdulillah mereka antusias dan ini diluar ekspektasi saya.
Pertemuan pertama saya ajarkan teknik dasar seperti sikap siap, hormat, dan
pukulan. Minggu selanjutnya saya ajarkan tangkisan, lalu tendangan, dan begitu
seterusnya. Yang penting bagi saya, mereka mempelajari hal baru, enjoy, dan
tertawa bersama. Itu yang kami lakukan selama ekskul berlangsung.
Melihat
keceriaan mereka belajar memukul, menangkis, dan menendang saya termenung. Saya
ingat, betapa dulu belajar tapak suci terasa membosankan. Kalau tidak karena
terpaksa mungkin saya tidak akan belajar bela diri ini. Perlu diteriaki oleh
kakak pengurus baru saya berada dibarisan dan mulai belajar tapak suci.
Pokoknya serba terpaksa, hehe.
Saya
tidak pernah membayangkan suatu hari saya yang akan berdiri di depan
murid-murid dan mengajarkan bela diri ini. Dan di sini saya menyadari bahwa
setiap yang kita pelajari tidak pernah sia-sia. Apapun, selama itu baik. Dulu
saya pun bertanya-tanya kenapa harus belajar tapak suci. Dan hari ini, kesempatan
yang Allah berikan menjawab pertanyaan itu. Maka belajarlah, kelak kau akan
tahu mengapa.
Merindukan Johor, 4 April 2017.
Foto di pertemuan terakhir bersama siswa-siswi anggota ekskul silat SIJB
Komentar
Posting Komentar