Kudapati Indonesiaku di Johor Bahru
“Cublak-cublak suweng
Suwenge teng gelenter
Mambu ketundhungng gudel
Tak gento lela lelo
Sapa gelem ndelek ake
Sir, sirpong dele bodong
Sir, sirpong dele bodong”
Rasa-rasanya baru kemarin saya menginjakkan kaki di Kuala Lumpur International Airport dan melanjutkan perjalanan ke Johor Bahru Malaysia menggunakan bus. Tapi kenapa sekarang saya seperti berada di Indonesia lagi? Tepatnya di Indonesia era 90 akhir sampai awal tahun 2000-an. Dimana anak-anak kecil berlarian memainkan gobak sodor, dimana tawa-tawa tertahan disela-sela permaina jumprit sisngit, atau gelak tawa renyah diujung permainan kontak pos. Hei, ini benar Johor bahru Malaysia bukan?!
Ya, saya sedang berada di Johor Bahru untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Integratif, kewajiban sebagai mahasiswa semester akhir sebelum tenggelam dalam lautan skripsi(?). Tepatnya di Sekolah Indonesia Johor Bahru. Sebuah sekolah filial milik pemerintah Indonesia di Johor Bahru. Mendapat amanah untuk mengabdi di sekolah Indonesia Luar Negeri menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Keinginan untuk menapaki luasnya bumi Allah-lah yang mengawali keputusan untuk memilih PKLI di Luar Negeri. Hingga akhirnya saya sampai di Sekolah Indonesia Johor Bahru atau yang kerap disebut SIJB.
Karena perjalanan ini adalah perjalanan pertama saya berpergian dengan paspor, saya menyambut setiap persiapan dengan semangat sekaligus deg-degan. Bukan hanya tantangan tentang jauhnya jarak kami dengan rumah dan kampus di Indonesia yang membuat saya bertanya-tanya dan resah. Tapi juga tentang bagaimana pembelajaran disini, masyarakat, budaya, sampai kulinernya. ‘Bismillah, insyaallah lancar’ kata-kata yang sering saya gumamkan dalam hati untuk mengusir resah dan gelisah.
FYI, SIJB sendiri merupakan sekolah filial yang berawal dari Indonesia Community Center yang didirikan oleh Konsulat Jendral Indonesia di Johor bahru. Siswanya pun memiliki keberagaman dalam kesatuan. Kalau boleh dikatakan, keragaman mereka terletak pada ‘status’ sosial yang melekat pada diri merka. Sebagian besar peserta didik berasal dari kalangan anak tenaga kerja Indonesia yang tidak memiliki dokumen ijin tinggal yang lengkap. Sebagian kecilnya merupakan anak pejabat diplomat Indonesia yang tinggal di Johor Bahru, serta sebagian yang lain merupakan anak pekerja professional Indonesia.
Keberagaman yang lain, sebagian dari mereka menetap di Johor setelah umur sekian tahun, sebagian yang lain lahir dan tumbuh besar di Johor. Hal ini menyebabkan keragaman pengalaman mereka tentang Indonesia, tanah air mereka sendiri. Beberapa pernah mengenyam pendidikan di Indonesia atau sekedar pulang ke Indonesia untuk berlibur mengunjungi kerabat, sisanya menginjakkan kaki pun masih menjadi angan. Terlepas dari itu semua, mereka tetap anak bangsa yang bernafas dalam ke-bhineka tunggal ika –an.
Dengan semua ekspektasi yang yang saya bangun sebelum keberangkatan, saya merasa diberi kado istimewa setibanya di SIJB. Sekolah ini memiliki kegiatan yang diberi nama Aktifitas Mengenal Budaya dan Permainan Edukatif. Pada saat memberi pengantar, koordinator guru pamong kami telah menjelaskan tentang kegiatan ini. Intinya, siswa diajak mengenal Indonesia lebih jauh melalui permainan tradisonal yang beragam.
Tidak samapai disitu, karena saya telah resmi menjadi guru PKL di sini maka saya terjun langsung dalam kegiatan ini. Apa yang saya dapati kemudian membawa saya kembali ke era masa kecil saya, atau mungkin juga anda. Saat saya sibuk berkejaran pada jam istirahat sekolah dengan bermain gobak sodor atau sekedar berkejar-kejaran. Saat saya dan teman-teman berebut mendapatkan koin di permainan cublak-cublak suweng, atau ketika saya menangis sebab kalah berkali-kali dalam permainan jumprit singit. Memori kebahagiaan yang terulang dengan begitu nyata. Membawa haru yang menyusup di dalam jiwa.
Lihatlah mereka, anak-anak SIJB. Anak-anak Indonesia yang berada jauh dari tanah airnya. Disini mereka juga merasakan bahagia. Bahagia menjadi anak Indonesia. Bahagia dengan adat dan budayanya. Bahagia dengan keberagamannya. Kebahagiaan yang mungkin jarang kita temui di kota-kota besar Indonesia sendiri. Dimana permainan-permainan tradisional telah dilupakan. Dianggap kuno dan ketinggalan jaman. Digantikan dengan alat-alat pintar yang diidolakan.
Haru dan bahagia. Itulah bagaimana kudapati Indonesiaku di Johor Bahru.
Catatan Perjalanan 1.
Fairus Zahidah, 6 Maret 2017
01:12
Bukit Saujana, Johor Bahru Malaysia
Sukses ka' fay :)
BalasHapusSukses juga ka' Mif :)
HapusDimana sijb punya cerita. Haru dan rindu bak tertoreh di nadimu.
BalasHapusDimana sijb punya cerita. Haru dan rindu bak tertoreh di nadimu.
BalasHapusAuuuu kak Nila~~
Hapus