Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Waktu

Adakah yang salah, ketika telur merpati retak dan seekor bayi merpati mencicit di hari pertamanya melihat dunia? Tidak. Adakah yang salah, ketika bulu-bulunya mulai tumbuh, si bayi tertatih mengepakkan sayap demi melakukan tarian indah di panggung langit? Tidak. Adakah yang salah, ketika sayap putihnya terbentang anggun menggapai awan seolah merayunya agar senantiasa tenang? Tidak. Mencari kesalahan membuat kita lupa. Bahwa waktulah juru nilai terbaik. Fy. 4 Muharram 1436

"Perjalanan Mencari Tuhan" Resensi Film Haji Backpacker

Gambar
“Perjalanan Mencari Tuhan” Judul film: Haji Backpacker Sutradara: Dania Rifky Genre: Drama Religi Produser: HB Naveen, Frederica Produksi Falcon Pictures Durasi: 107 Menit Tanggal Rilis: 2 Oktober 2014 Main Cast: 1. Abimana Aryasatya sebagai Mada 2. Laudya Cyntia Bella sebagai Marbel 3. Dewi Sandrasebagai Shofia 4. Kenes Andari sebagai Mbak Mala 5. Ray Sahetapy sebagai Ayah Mada 6. Laura Basuki sebagai Suchun ‘ Haji Backpacker ’ ini merupakan film yang bercerita tentang pencarian Tuhan oleh sang tokoh utama –Mada- yang diperankan oleh Abimana. Masa lalu yang menyakitkan rupanya telah membangkitkan kemarahan terbesar dalam diri Mada. Ia berbalik menyalahkan orang lain atas kesialan di masa lalu. Selain ayahnya yang menjadi korban kemarahan dan kekecewaan Mada, lebih-lebih ia menyalahkan Tuhan atas semua kejadian memilukan ini.           Semua bermula ketika Shofia –diperankan oleh Dewi Sandra- sahabat Mada sekalig...

Terpasung II

Seperti melihat dalam gelap Seperti menyulam tanpa benang Seperti melukis tanpa kuas memelas pada waktu dan aku mencari. Namun, Tak kunjung kudapati api penerang dalam gelap, rumput penyambung sulam, tak jua kudapati ranting tuk oleskan warna. Seperti itulah aku mencintaimu, tak kutemukan alasan untuk bertahan. Fy –Terpasung II

Terpasung I

Apa kabarnya ombak? Masihkah deburnya menyayikan lagu rindu? Apa kabarnya angin? Masihkah desaunya mengantarkan wangi cinta? Ah, mungkin tidak. Sebagaimana aku. Fy –Terpasung- I

Untuk Apa Berpuisi?!

Untuk apa berpuisi? Jika sang bayu mampu menerbangkan ratusan daun pembawa kasihku padamu. Untuk apa berpuisi? Jika hujan mampu menyanyika ribuan lagu rinduku padamu. Lagi-lagi untuk apa berpuisi?! Jika senja temaram mampu melukiskan cintaku padamu. Fy –Untuk Apa Berpuisi- Ramadhan 1435 H

Yang Tak Berhenti Gerak

Rasa-rasanya aku hanya terpenjam, tak sampai lelap. Namun saat ku buka mata, sunyi telah merangkak pergi dari malam gelap. Rasa-rasanya aku hanya menunduk sesaaat, menatap tanah tempat berpijak. Namun saat ku mendongak, terik berlalu dan jingga terkuak. Rasa-rasanya aku singkat berpaling, terpanggil sesuatu di tempat lalu. Namun saat aku kembali menatap lurus, tanah basah di sawah kering dan daunnya menguning tanda semusim berlalu. Hei! Ada yang terus bergerak, tanpa menunggumu siap gerak! Fy. -Yang Tak Berhenti Gerak- 1 Muharram 1436 H

Dialog Hujan, Ranting Kamboja, dan segerombolan Ilalang.

Gundukan tanah masih basah, pun daun serta bunga kamboja itu. Hujan baru saja turun, memang. Tapi tidak pada yang satu itu. Bahkan hujan pun memilih untuk menepi. "Cukuplah Ia yang membasahi tanah itu" bisik hujan pada ranting kamboja. "Ingin ku katakan, cukuplah Ia menangis. Toh mereka yang pergi bukan untuk 'pergi'. Tapi untuk menepati 'janji'" ranting kamboja balas berbisik. "Sampai kapan Ia disini? Bukankah yang hidup harus terus berlari. Bukan ikut 'pergi'?" Timpal segerombolan ilalang yang bergoyang tertimpa tetes hujan "Sudahlah, kalian yang tidak 'hidup' kenapa harus banyak bicara tentang mereka yang 'hidup'?" Sergah hujan sambil lalu meninggalkan ranting kamboja dan ilalang yang masih terpaku pada Ia yang tergugu di atas gundukan tanah. -Fy-