Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Bersembunyi Mengukir Pelangi

Bersembunyi Mengukir Pelangi. Aku besembunyi, di balik sajak-sajak cinta tentangmu Aku besembunyi, di tengah-tengah decak kagum akan indahmu Aku bersembunyi, di sela-sela doa untuk kebaikanmu Lelahkah aku? Tidak. Karena menunggumu serupa mengukir pelangi di atas waktu yang kumiliki. Sampai kapan? Entah. Yang pasti, aku masih ingin mengukir lebih banyak pelangi.

Melupakanmu.

Melupakanmu.             Melupakanmu.                  Tidak saat aku mendengar namamu, aku menoleh. Ada harap dalam degup, 'kau kah?'. Pun saat kudapati potongan namamu pada deret kata aku tertegun sejenak, 'kau kah?'. Getir senyumku menjawab "Itu adalah jejak semu milikmu" Melupakanmu. Bukan ketika dalam diam aku memungut remah jiwamu yang tertinggal. Untuk kemudian kudekap dalam mimpi-mimpi yang buta akan nyata. Helaan nafasku berbisik menyadarkan bahwa aku bersama bayang piasmu. Melupakanmu. Belum karena acap kali dia datang, terlihat serupa dirimu. Kali ini aku tersadar dari kerling matanya yang meluruskan lengkung di bibir. Bukan kerling matamu yang mencipta rona di pipi.                             Tapi...

Serumpun Bunga Desember.

Serumpun Bunga Desember Elok nian serumpun bunga desember itu Yang tumbuh di bawah jendela tanpa lampu Di sela-sela mawar layu Menjadi satu yang indah di matamu Apa kau tahu? Bahwa baginya lagu sendu Yang tak selesai dalam hitung bulan tuju Demi kebahagiaan yang menunggu Tapi ingat, ini hanya soal waktu Besok, seiring rintik hujan berlalu Keindahannya serupa pilu Yang membuatmu berdiri terpaku Fairus Zahidah 22 Safar 1436 Terucap syukur yang teramat dalam kepada Sang Mahainspirasi yang telah memberi sedikit curah inspirasi hingga karya ini menjadi juara I dalam lomba menulis puisi se-Jatim yang diadakan oleh DPD IMM Jawa Timur. Saya yang masih merangkak ini sangat membutuhkan uluran ilmu dan masukan dari pembaca sekalian. Enjoy the poem! :)

Aku dan Bayangmu.

Aku dan Bayangmu. Aku dan bayangmu. Membentang luas padang ilalang di selanya. Tersembunyi semak gelisahku. Mengakar jalar, demi membungkus bayangmu. Di sana. Aku dan bayangmu. Dalam waktu yang kian tersengal, usai menebas belukar yang mulai merindu. Bayangmu kian beranjak berlari-lari dengan nakal. Aku dan bayangmu. Duhai, kini tiada lagi padang, semak, juga belukar. Cintaku terseok mendekatimu. Sayang, matahari lebih dulu merenggut paksa bayangmu bak hendak berkelakar. Fairus, 23022015.